[1] Ketika cinta kehilangan baranya
cari lagi apinya di antara sepi
siapa tahu ia hanya sejenak mengambil jeda
dari mimpi yang biasa berapi-api
[2] Ketika cinta tiba-tiba membelah diri
kita sering lupa : ada yang terdedah nyeri
cuma karena ia bernama asmara
ia bisa kehilangan mata
menjadi dusta
[3] Ketika gemuruh cintamu mereda
renda lagi dengan kata-kata
karena cinta bisa baru bermakna
ketika rasa menjadi tak lagi biasa
[4] Ketika cintamu belum menentukan
pelabuhannya
biarkan layar itu memeadu ke
setiap cuaca
tapi kalau itu adalah cinta untukku
akan kunyalakan suar di mercu
biar arahmu tak kandas di cinta
palsu
[5] Ketika cinta cuma sebatas kata
harus hati-hati aku mengejanya
karena kata-kata itu bagaikan sembilu
melukaiku setiap waktu
[6] Ketika cinta terbata-bata kubaca
aku perlu segera bertanya-tanya
atau mencari padanannya dalam kamus
hingga benih yang telah mengada
tak segera pupus
lantaran sejatinya cuma soal sinyal
yang lebih sering datang
dengan nada janggal
[7] Ketika cintamu tak jua tiba
jangan sampai ia tiba-tiba membuta
hanya dengan terang cahaya
jalan di depan jelas rambunya
[8] Ketika cinta kita ujung-ujungnya
mesti pudar
aku akan menjaga sisa dan rasa
di hati
agar tetap tegar dan nalar pun
tak segera buyar
biar cinta itu tetap hidup dan
meniti hari
[9] Ketika cintamu cuma gelisah
meranggas berbenalu resah
tak ada salahnya untuk
sekadar menyapanya
biar selama ini tak jua terkatakan
merdeka untuk menyapanya
[10] Ketika cinta kita masih juga
serupa kabut
akan coba kutata lebih
bercahaya lagi
hingga kalaupun wujudnya tetap saja
susah disebut
biar bunga atau kata-kata
yang akhirnya mewakili
[11] Ketika cintamu adalah angin
pagi menjelang
segera kurengkuh sinar
mentari yang terkesiap : sebab
pagi begitu binal bagiku
tapi juga terkadang jalang
[12] Ketika cintamu masih saja
dalam geliat
jaga jiwamu jangan tenggelam buta
sebab jika baru sekadar isyarat
cinta akan membawamu
kehilangan tanda
manakah cintamu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar